RADAR ISLAM -- Pada saat thawaf (mengelilingi Kabah), Rasulullah
SAW bertemu seorang pemuda yang pundaknya terlihat lecet-lecet. Setelah
selesai thawaf Rasul menghampiri pemuda itu dan bertanya, ‘’Kenapa pundakmu seperti itu?’’
Pemuda itu menjawab, ‘’Ya
Rasulullah, saya berasal dari Yaman. Saya mempunyai seorang ibu yang sudah uzur
(tua renta). Saya sangat mencintainya. Saya selalu menggendongnya, dan tidak
pernah melepaskannya. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, sedang
shalat atau saat istirahat. Di luar itu saya selalu menggendongnya.’’
Pemuda itu lalu bertanya, ‘’Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk orang berbakti kepada orang tua?’’ Sambil memeluk pemuda itu, Rasulullah SAW menyatakan, ‘’Sungguh Allah ridha kepadamu. Engkau anak saleh, anak berbakti. Tetapi, wahai anakku, ketahuilah, kasih sayang orang tuamu kepadamu tidak akan terbalaskan olehmu.’’
Sekelumit kisah tersebut menginspirasi kita semua, berbakti kepada kedua orang tua dengan ikhlas, merupakan sebuah ibadah yang dapat menyebabkan seorang anak mendapat ridha Allah SWT.
Pemuda itu lalu bertanya, ‘’Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk orang berbakti kepada orang tua?’’ Sambil memeluk pemuda itu, Rasulullah SAW menyatakan, ‘’Sungguh Allah ridha kepadamu. Engkau anak saleh, anak berbakti. Tetapi, wahai anakku, ketahuilah, kasih sayang orang tuamu kepadamu tidak akan terbalaskan olehmu.’’
Sekelumit kisah tersebut menginspirasi kita semua, berbakti kepada kedua orang tua dengan ikhlas, merupakan sebuah ibadah yang dapat menyebabkan seorang anak mendapat ridha Allah SWT.
Bahkan Rasulullah SAW memberikan apresiasi tinggi
terhadap anak yang berbakti kepada orang tua itu dengan memeluknya. Dengan kata
lain, berbakti kepada orang tua adalah salah satu kunci meraih kebahagiaan
dunia dan memperoleh pelukan Rasulullah SAW.
Alangkah indah dan bahagianya jika kita dipeluk
Rasulullah! Pelukan Rasulullah SAW dan jaminan keridhaan Allah bagi sang pemuda
itu tentu merupakan dambaan kebahagiaan bagi setiap mukmin.
Dari Abdullah ibn ‘Amr, Rasulullah SAW bersabda: “Ridha Allah itu tergantung pada ridha
kedua orang tua dan kemurkaan Allah itu juga tergantung pada kemurkaan
keduanya.” (HR at-Turmudzi dan al-Baihaqi).
Anak wajib berbakti dan bersikap baik kepada keduanya
dengan sepenuh hati karena Islam memang sangat memuliakan orang tua.
Sebaliknya, Islam melarang anak menjadi durhaka kepada keduanya.
Karena durhaka kepada salah satu atau keduanya merupakan
dosa besar, seperti halnya syirik. Mendurhakai orang tua, luar biasa fatal.
Boleh jadi Allah SWT menyegerakan balasannya kepada pelakunya selagi masih
hidup di dunia.
Allah SWT bisa saja membuat perjalanan hidup sang pendurhaka
orang tua menjadi tidak berkah dan penuh kesulitan.
Oleh karena itu, pelukan Rasulullah SAW itu mesti
dimaknai sebagai panggilan spiritual bagi orang tua agar berusaha menyiapkan
anaknya menjadi anak yang saleh.
Bagi anak, pelukan Rasulullah SAW itu harus dipahami sebagai isyarat kuat untuk selalu berbuat baik, tidak menyakiti, apalagi mendurhakai keduanya. Jangankan mendurhakai, membuat orang tua sedih saja sudah termasuk durhaka.
Dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Siapa yang membuat orang tuanya sedih
berarti ia telah mendurhakai keduanya.” (HR al-Khathib al-Baghdadi). Disadari
atau tidak, banyak hal membuat kedua orang tua itu sedih.
Di antara hal yang membuat orang tua sedih secara
langsung adalah tidak menghormati, menyakiti, membentak, dan memarahi keduanya.
Hal yang membuat keduanya sedih secara tidak langsung
misalnya seorang anak melakukan pelanggaran ajaran agama.
Seperti tidak shalat, korupsi, selingkuh, atau berzina.
Pada dasarnya jika seorang anak melakukan kemaksiatan, orang tua yang
mengetahuinya pasti merasa sangat kecewa dan sedih, sehingga secara psikologis
jiwanya tertekan.
Berbakti kepada kedua orang tua dalam Islam, tidak hanya
berlaku saat mereka masih hidup tetapi juga setelah tiada. Dengan berbakti
kepada mereka, kita berinvestasi Pelukan Rasulullah bagi
masa depan kita.
0 komentar:
Posting Komentar