peluang usaha

Senin, 24 Maret 2014

Dunia Adalah Cermin Akhirat

http://radarislam.blogspot.com/2014/03/daftar-isi-blog-radar-islam.html

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Saudaraku yang dirahmati ALLAH, pada hakikatnya, kehidupan dunia adalah cermin kehidupan di akhirat kelak. Apa yang akan kita alami di akhirat nanti sesungguhnya sudah tergambar dalam kehidupan dunia, kendati apa yang akan terjadi di akhirat kelak masih merupakan rahasia ALLAH SWT. Kita sendiri sesungguhnya sudah bisa merasakan, atau tepatnya menyadari, di tempat seperti apakah pantasnya kita berada di akhirat nanti. Pantaskah kita berada di surga-Nya dengan perilaku kita di dunia yang seperti ini?

Saudaraku, perkara dunia cenderung mengarah kepada ketidakbahagiaan. Semakin dunia dikejar, semakin ia membuat kita letih dan tidak bahagia. Sebab, tujuan akhir dari pencapaian duniawi adalah kepuasan nafsu semata yang sifatnya hanya sesaat. Kenikmatan duniawi tak ada ujungnya. Setiap kita merasa telah mencapai puncak, akan muncul keinginan untuk mencapai puncak yang lainnya. Tak heran kalau masalah duniawi dapat membuat kita terjerembab ke dalam lumpur dosa. Dunia akan mempermainkan hati dan perasaan kita. Maka, tidak benar jika ada seseorang yang merasa telah menaklukkan atau menguasai dunia. Sebab, yang terjadi justru manusia menjadi bulan-bulanan permainan dunia.

Saudaraku yang dirahmati ALLAH, kita tidak boleh terjebak dalam tujuan duniawi semata. Kenapa? Sebab, itu persoalan mudah, sebagaimana mudahnya kehilangan kenikmatan yang sudah kita raih di dunia. Kekayaan, kesuksesan, kenaikan pangkat atau jabatan adalah hal yang remeh jika dibandingkan betapa hebatnya kenikmatan akhirat.

Ketika kita menganggap istana, kendaraan mewah, perhiasan, serta kekayaan lain adalah puncak kebahagiaan, saat itulah kita telah menetapkan target yang rendah dalam pencapaian kebahagiaan. Sebab, semua yang tampak membahagiakan itu hanyalah fatamorgana. Kekayaan hanyalah ‘baju’ yang sewaktu-waktu harus ditanggalkan. Betapa banyak orang kaya yang muak dengan kekayaannya. Akhirnya, ia lari dari kehidupannya dan menarik diri dari pergaulan sosial, tidak sedikit pula orang miskin yang stres akibat terus menerus mengejar kekayaan.

Saudaraku yang dirahmati ALLAH, mengapa kita tidak mengejar target tertinggi yaitu kebahagiaan yang dijanjikan ALLAH SWT di akhirat kelak? Itulah puncak kebahagiaan tertinggi yang mengungguli kebahagiaan yang lazim kita tafsirkan di dunia ini. Kebahagiaan akhirat bersifat kekal dan abadi. Itulah kenikmatan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Namun, kebanyakan kita lebih suka mengejar kebahagiaan dunia yang sifatnya hanya sesaat. Karena, kita beranggapan bahwa kebahagiaan akhirat bukan sesuatu yang pasti. Disinilah letak keimanan kita terbukti.

Orang yang mempunyai kekuatan iman dan memahami dengan benar kalimat la ilaha illallah pantang mengatakan bahwa akhirat bukan sesuatu yang pasti. Iman akan memberikan sinyal yang kuat, tanpa keraguan sedikit pun, bahwa akhirat pasti akan datang.

Iman mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan kita di dunia. Ia sangat menentukan sikap kita dalam mengarungi lautan kehidupan. Iman yang lemah cenderung menyepelekan akhirat dan malah mendorong harapan untuk meraih kebahagiaan dunia semakin kuat. Mata kita buta akibat silau melihat kenikmatan dunia. Akhirnya, masa depan pun menjadi gelap. Ketika kesengsaraan sejati kita alami di akhirat nanti, barulah kita akan tersadar bahwa janji Allah itu benar.

Allahu Akbar.

Saudaraku yang dirahmati ALLAH, kita tentu tidak ingin menjadi orang yang menyesal di hari kemudian, saat semua kesengsaraan yang menimpa kita terlanjur terjadi. Kita harus menyadari segalanya sejak awal, sebelum penderitaan nan panjang itu benar-benar menimpa diri kita. Tetaplah waspada dengan godaan kenikmatan dunia, meskipun tidak berarti kita harus meninggalkan aktivitas keduniaan. Manfaatkanlah fasilitas duniawi yang kita peroleh sebagai kendaraan untuk menunaikan ibadah kepada Allah dan menjadikannya sebagai jalan, bukan tujuan, menuju akhirat.

Kehidupan dunia hanyalah cermin dari kehidupan sesungguhnya yang ada di akhirat. Kemakmuran, kesuksesan dan kebahagiaan yang tampak di dunia belum tentu demikian adanya di akhirat. Sebagaimana cermin, bisa saja kenyataan berbicara sebaliknya, yaitu kemakmuran di dunia justru tanda kesengsaraan di akhirat. Pernyataan ini bukan bermaksud melarang kita menikmati kehidupan dunia. Sebab, dua ala ini memiliki keterkaitan yang erat. Boleh saja kita menikmati kehidupan dunia, semata-mata untuk berbuat saleh dan memberikan manfaat bagi kehidupan dunia. Sebab, apa yang dinilai Allah saat memasuki akhirat adalah amal perbuatan kita saat di dunia.

Itulah sebabnya, kita dianjurkan senantiasa berdoa dan meminta keselamatan dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzaaban naar (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami keselamatan di dunia dan akhirat serta lindungilah kami dari siksa neraka).

Saudaraku yang dimuliakan ALLAH, keimanan kita harus menyatakan dengan mantap bahwa akhirat lebih baik dibandingkan kehidupan dunia.

“Dan sungguh yang kemudian (akhirat) itu, lebih baik bagimu daripada yang permulaan.” (QS. Adh-Dhuha [93]: 4).

Dunia hanyalah tempat untuk menyiapkan bekal bagi perjalanan yang harus kita lalui menuju keabadian. Tanpa bekal yang cukup, di akhirat nanti, kita tidak akan menemukan kebahagiaan. Bekal itu bukanlah harta atau jabatan, namun amal shaleh dan ridha Allah. Jejak perilaku kita di dunialah yang akan berbicara di hadapan ALLAH SWT.

Di akhirat, tidak ada yang bisa menyelamatkan kita, malaikat sekali pun. Hanya amal shaleh yang kita tanam di dunia saja yang mampu menyelamatkan kita. Amal-amal itu akan berbicara sebagai pembela di hadapan pengadilan Allah. Dan, manusia hanya terdiam menyaksikan kebenaran demi kebenaran diungkap. Tanpa manipulasi, kebohongan, dan kemunafikan sebagaimana yang banyak terjadi pada pengadilan dunia. Di pengadilan akhirat, seluruh anggota tubuh kita berbicara dan bersaksi atas apa yang pernah diperbuatnya selama menjalani kehidupan di dunia. Tidak satupun anggota badan yang berdiam diri. Semuanya menyampaikan pengakuan.

Saudaraku yang dirahmati ALLAH, saatnya kita menentukan arah dan tujuan hidup. Apa yang kita harapkan dari perjalanan singkat di dunia ini? Menumpuk harta sebanyak-banyaknya atau justru hanya berdiam diri meratapi nasib apa adanya?

Hidup adalah pilihan. Insya Allah, kalau kita tempuh adalah akhirat atau tujuan akhir, semua hal kecil yang mengikutinya akan bisa kita raih.

Berbahagialah mereka yang sudah berani mengambil tujuan akhirat sebagai harapan terbesar dalam hidup. Sebaliknya, rugi dan celakalah pribadi-pribadi yang memperiotaskan dunia dengan menumpuk-numpuk kekayaan yang pada akhirnya tidak dapat memberikan manfaat, bahkan sebaliknya, justru mengundang masalah.

Dengan menghayati kalimat La ilaha illallah yang terlantun dalam zikir, kita akan berani mengambil keputusan yang meniscayakan iman, yaitu memperiotaskan kehidupan akhirat, kehidupan yang belum kita tahu, namun sudah pasti akan kita temui.

Subhanakallahumma wabihamdika, asyhadu alla ilaha illa Anta, astaghfiruka wa atubu ilaih.

0 komentar:

Posting Komentar