peluang usaha

Kamis, 12 April 2012

Natassia M Kelly : Islam Mengisi Kekosongan Jiwa (Bagian 2 - Habis)

islam mengisi kekosongan jiwa 2
RADAR ISLAM, WASHINGTON -- Pencarian Natassia M. Kelly untuk mengisi kekosongan jiwanya kembali berlanjut, saat temannya memberikan sebuah buku berjudul 'Dialog Muslim-Kristen'. Usai membaca buku tersebut ia pun merasa malu, sebab saat pencarian kebenaran ia tidak pernah menganggap agama lain.

"Yang aku tahu hanya Kristen. Pengetahuanku tentang Islam sangat minim. Tapi buku ini mengejutkan saya. Sebab, bukan aku saja yang percaya adanya Tuhan. Aku pun meminta lebih banyak buku," ungkap dia.

Sejak itu, Natassia mulai belajar Islam dari aspek intelektual. Beruntung ia memiliki teman dekat seorang Muslim. Ia pun sering bertanya padanya tentang Islam. Dari pertemanan itu, ia mulai mengenal Islam, sebuah agama yang sebelumnya begitu asing baginya.

Setelah beberapa bulan mencari tahu tentang Islam, umat Muslim menyambut bulan Ramadhan. Saat itu umat Muslim menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan. Selama bulan Ramadhan, setiap Jumat ia bergabung dengan komunitas Muslim setempat untuk sekedar berbuka puasa dan membaca Alquran. Ia manfaatkan betul momen itu untuk banyak bertanya tentang Islam. "Aku begitu kagum bagaimana ada individu yang begitu mantap menjalani apa yang diyakininya," kenang Natassia.

Perkenalan demi perkenalan dengan Islam mulai mengisi kekosongan iman dalam diri Natassia. Menurutnya, Islam mulai menuntunnya ke jalan yang benar. Tapi itu tidak cukup bagi Natassia. Ia mengharapkan adanya keteraturan dalam hidupnya. "Aku menginginkan pula kedekatan dengan Tuhan. Aku tidak membutuhkan seseorang yang menjamin tiket ke surga. Aku mulai merasa, Kristen tidak memberikan apa yang aku butuhkan. Sementara Islam memenuhi kebutuhanku," ucapnya.

Perkenalan Natassia dengan Islam berlangsung intensif. Ia pun ikut merayakan Idul Fitri dan pengajian rutin bersama teman-temannya. Tanpa terasa, Natassia tidak menyadari dirinya mulai merasakan ketenangan pikiran. Sebuah ketenangan yang ia cari selama ini. "Awal Februari 1997, aku mulai menyadari Islam merupakan kebenaran yang aku cari. Tapi aku tidak mau membuat putusan tergesa-gesa," kisah dia.

Suatu ketika, Natassia bermimpi. Dalam mimpinya itu, Natassia dirayu setan untuk mengikutinya. Tapi ia lebih memilih mengucapkan dua kalimat syahadat. Putusan itu membuat dirinya begitu damai dan tenang. Ia pun terbangun. Mimpi itu lantas ia ceritakan kepada teman-temannya. "Temanku mengatakan mimpi itu pertanda dirinya harus memilih," kata Natassia menirukan saran temannya.

Pada 19 Maret 1997, setelah pulang dari pengajian, Natassia memutuskan untuk memeluk Islam. "Aku tidak bisa mengungkapkan sukacita yang kurasakan. Aku tidak bisa mengungkap betapa beban berat telah terangkat dalam bahu saya. Aku pun berhasil mendamaikan pikiranku," ujarnya.

Semakin Baik

Lima bulan sejak Natassia memeluk Islam, ia merasa dirinya kian membaik. Ia begitu kuat dalam memahami banyak hal. Hidupnya lebih teratur. Kekosongan dalam dirinya berangsur terisi dalam nikmat sebagai Muslim. "Hidup saya berubah drastis," katanya.

Kini, Natassia berusaha untuk menjadi Muslim yang baik. Ia tidak pernah berhenti belajar mendalami Islam. "Alhamdulillah, dari umur 15 tahun, aku telah menemukan kebenaran yang aku cari," ucapnya.

Natassia menyadari menjadi Muslim yang baik ditengah non Muslim merupakan hal sulit. Ia tidak berkecil hati dengan kondisi itu. Sebab, keinginannya untuk mendalami Islam melebihi tantangan yang ada dihadapannya.

"Aku percaya, keinginanku lebih kuat dari apapun. Seseorang telah berkata padaku bahwa aku lebih baik dari orang yang terlahir sebagai Muslim. Aku punya bermimpi untuk membantu orang lain untuk melalui apa yang dahulu pernah kulakukan," pungkasnya.

Sumber : http://republika.co.id/

0 komentar:

Posting Komentar