peluang usaha

Selasa, 28 Agustus 2012

Senyummu Adalah Sedekah

senyummu adalah ibadah

Assalamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Tanda yang tampak terlihat pertama seorang mukmin setelah ucapan salamnya adalah murah senyum.

Rasulullah bersabda, "Senyummu pada saudaramu adalah Sedekah", "Jangan sekali-kali kalian meremehkan suatu kebaikan, meski hanya berupa keceriaan wajah ketika kalian bertemu dengan kawan kalian" (HR Muslim), "Orang yang bermuka masam dan tidak membuat orang lain gembira adalah orang yang tidak memiliki nilai kebaikan disisi Allah".

Indahkan Islam itu sahabatku? Berikan senyum kepada saudaramu!

Senin, 06 Agustus 2012

Jangan Menolak Kebenaran

The Truth of Islam

RADAR ISLAM -- Momentum Ramadan tepat untuk memperbaiki sikap, termasuk menerima kebenaran. Tidak jarang manusia enggan menerima kebenaran karena alasan jabatan, struktur sosial atau lainnya. Belajar dari sejarah, banyak kisah nyata di dalam Islam yang bisa dijadikan pelajaran untuk memperbaiki sikap. Seperti kisah Abu Tholib.

Semenjak lahir, kehidupan Muhammad terbilang tidak menetap. Beberapa kali dia diasuh oleh orang berbeda. Setelah ayahnya, Abdullah meninggal saat Muhammad masih dalam kandungan, istrinya Aminah menetap di rumah kakak iparnya, Abu Thalib.

Pada usia 6 tahun setelah ibunya meninggal dunia, Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib. Namun hal itu tidak berlangsung lama, setelah dua tahun diasuh Abdul Mutholib, kemudian Muhammad diasuh oleh Abu Tholib.

Dalam buku Khadijah the Greatest Story of the First Lady of Islam, tulisan Syed A.A. Razwy dikatakan bahwa Abu Thalib bin Abdul Mutholib merupakan pemimpin terkemuka bani Hasyim, salah satu golongan Quraisy termashur di Jazirah Arab. Selain itu, Abu Thalib merupakan saudagar terkemuka yang berdagang hingga Suriah dan Yaman.

Selama dalam pengasuhannya, Muhammad dicintai layaknya bagian dari keluarga Abu Thalib. Bahkan karena rasa cintanya yang mendalam, pernah suatu ketika Muhammad diajak Abu Thalib untuk bersama-sama pergi ke Syam.

"Abu Thalib sangat mencintainya, sehingga berat baginya berpisah dengan kemenakannya itu walaupun hanya untuk beberapa bulan saja. Karena itu dia membawanya ke Syam," kata Syed.

Kasih sayang yang diberikan Abu Thalib tidak pernah padam, dia selalu berusaha untuk menepati wasiat Ayah Muhammad untuk senantiasa mengasuh dan memelihara. Bahkan ketika diutus menjadi rasul ALLAH SWT, Abu Thalib dengan semangat membara tetap menjadi orang pertama di belakang nabi untuk melindungi dari ancaman dan gangguan kaum kafir Quraisy.

Pada masa dakwah Nabi Muhammad SAW, berkali-kali dia menyampaikan kebenaran kepada Abu Thalib. Muhammad selalu berusaha menyadarkan pamannya untuk berhijrah meninggalkan kebiasaan jahiliyah, dengan menjadi Muslimin beribadah kepada ALLAH SWT.

Berbagai usaha dicoba, namun nyatanya hati Abu Thalib belum terbuka untuk menerima kebenaran. Walaupun dia meyakini agama yang dibawa Nabi Muhammad adalah suatu kebenaran, namun jabatan dia di kalangan kaum Quraisy membuatnya angkuh menolak setiap ajakan Muhammad SAW.

Pernah suatu ketika, kaum Quraisy geram dan tidak tahan dengan dakwah Muslimin yang semakin hari menggoyahkan keyakinan orang kafir. Tokoh Quraisy Abu Lahab, berencana untuk menangkap Nabi Muhammad SAW, namun rencana itu gagal setelah Abu Tholib dengan lantang siap mengorbankan nyawanya hanya untuk membela Rasullulah SAW.

Bahkan ketika Rasullulah SAW bersama para sahabatnya melewati sebuah lembah, mereka pernah dihadang oleh segerombolan orang kafir yang ingin membunuh nabi. Namun semua bubar ketika Abu Thalib muncul dan mengacungkan pedangnya seraya mengancam.

Saat Rasullulah SAW mendengar kabar jika Abu Tholib sedang meregang nyawa, dengan langkah terburu-buru Muhammad SAW menuju rumah pamannya tersebut. Begitu lemahnya kondisi Abu Thalib, membuat nabi tidak kuasa melihat pamannya terbujur lemah.

Dalam hadits diriwayatkan Imam Bukhori dari Al Musayyib bin Hazn, Berkali-kali Nabi Muhammad SAW menuntun Abu Tholib untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, namun tetap saja usaha Muhammad SAW tidak berhasil. Sampai meninggal Abu Tholib tetap kafir.

Begitu beratnya Rasullulah SAW kehilangan sosok pelindung dan orang yang dia cintai selama ini, tidak henti-hentinya dia menangis dan memohon kepada Allah SWT untuk mengampuni dan menempatkan Abu Tholib ke dalam surga. Namun Allah SWT berkehendak lain, sehingga turunlah surah At-Taubah ayat 113 :

"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, Walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik adalah penghuni neraka jahanam."

Sumber : Merdeka.com

Syahidnya Penjual Korek Api

syahidnya-penjual-korek-api

RADAR ISLAM -- Setelah melepaskan kekafirannya dan bergabung bersama sahabat Rasullulah SAW, Mus'ab bin Umar hidup serba kekurangan. Tidak pernah lagi dia jumpai daging panggang dalam makan malamnya, hanya lauk sederhana yang mengenyangkan perutnya. Bahkan jika dahulunya dia tidak perlu bekerja untuk mendapatkan uang, kini dia harus berjualan korek api untuk menyambung hidupnya.

Dalam buku 99 kisah menakjubkan dalam Alquran tulisan Ridwan Abqary dikatakan, awalnya Mus'ab bin Umar merupakan anak dari suku Quraisy terpandang, keluarganya hidup dalam kemewahan. Tidak urung kondisi itu berpengaruh kepada Mus'ab. Setiap hari dia tampil dengan memakai pakaian mahal dan bagus, banyak gadis Arab jatuh hati kepadanya, terlebih sikap Mus'ab yang ramah dan lembut, membuat dia disukai banyak orang.

Namun semua berbalik drastis ketika Mus'ab memeluk Islam, dan menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW. Tidak ada pakaian bagus yang dikenakannya, tubuhnya hanya terlindungi oleh potongan kain-kain yang sudah usang. Bahkan ketika kembali dari Habasyah bersama nabi, Mus'ab terlihat kurus dan tidak terawat.

"Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah menukar dunia dengan penduduknya. Sesungguhnya, dahulu saya melihat Mus'ab seorang pemuda yang hidup mewah di tengah orang tuanya yang kaya. Kemudian, dia meninggalkan semua itu karena kecintaannya kepada ALLAH SWT dan Rasul-Nya," kata Rasullulah SAW.

Tidak hanya itu, setelah masuk Islam, Mus'ab dikucilkan dari lingkungan keluarganya. Bahkan ibunya, Khunais binti Malik beberapa kali berniat bunuh diri, jika Mus'ab tetap memeluk Islam dan tidak bersedia kembali kepada berhala-berhala. Namun semua itu tidak menyurutkan Mus'ab untuk tetap menjadi Muslim, hingga akhirnya dia diusir dari pelataran rumahnya.

Keteguhan hati si penjual korek, justru menyadarkan adik Mus'ab, Al-Rum untuk masuk Islam. Ketertarikan Al-Rum kepada Islam dia dapatkan karena ibunya selalu memerintahkannya untuk mendatangi Mus'ab mengajak kafir kembali.

Puncaknya ketika terjadi perang Uhud. Mus'ab bersama Al-Rum yang sudah memeluk Islam, ikut bersama para sahabat lainnya di barisan depan untuk menumpas kaum kafir yang memusuhi Islam. Rasullulah SAW sendiri menugasi Mus'ab membawa bendera Islam.

Pada saat para sahabat terdesak oleh tentara Quraisy dan menderita kekalahan, banyak kaum Islam kocar-kacir meninggalkan medan pertempuran. Namun pantang untuk Mus'ab. Dengan gagah berani dia tetap tidak beranjak dari tempatnya, mengibarkan bendera Islam di tengah medan pertempuran.

Melihat Mus'ab yang tetap berdiri, seorang tentara kafir, Ibnu Qamiah segera menunggangi kudanya dan melaju ke arah Mus'ab. Tanpa banyak bicara, disabetnya tangan kanan Mus'ab yang sedang mengibarkan bendera. Tidak lama kemudian, tangan kiri Mus'ab juga tidak luput dari sabetan pedang.

Mus'ab menjerit menahan rasa sakit kedua tangannya terpotong. Namun dengan sekuat tenaga dia peluk bendera Islam. Kemarahan Ibnu Qamiah memuncak, kemudian tombaknya dia hunuskan ke dada Mus'ab hingga akhirnya syahid menghembuskan nafas.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Daud dikatakan, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tatkala saudara-saudaramu ditimpa malapetaka waktu perang Uhud, maka Allah menjadikan roh-roh mereka dalam rongga tubuh burung-burung hijau yang selalu mendatangi sungai-sungai surga dan memakan buah-buahannya serta berlindung dalam kandil-kandil emas di bawah naungan Arasy."

"Ketika terasa oleh mereka bagaimana nikmatnya makanan dan minuman serta indahnya tempat tinggal mereka, mereka berkata, 'Wahai malangnya nasib teman-teman kita, kenapa mereka tidak mengetahui balasan yang disediakan Allah bagi kita, agar mereka tidak merasa enggan untuk berjihad dan tidak mengabaikan peperangan.' Maka Allah pun berfirman, 'Akulah yang akan menyampaikan kepada mereka berita dari kamu itu,' lalu diturunkan-Nyalah ayat, 'Dan janganlah kamu kira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati."

Sumber : Merdeka.com

Jumat, 03 Agustus 2012

Anda Suka Putus Asa? Teladanilah Kisah Nabi Yunus

kisah nabi-yusuf

RADAR ISLAM -- Yunus termasuk nabi yang keberadaan, dan perjuangan menegakkan kalimat tauhid tertulis pada tiga kitab suci agama Samawi, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Beberapa sejarawan dan ahli tafsir sepakat nama asli Nabi Yunus adalah Yunus bin Matta. Yunus mendapat wahyu dan diangkat ALLAH SWT sebagai nabi untuk menyampaikan kebenaran kepada kaum Ninawa.

Yunus merasakan beratnya tugas menjadi seorang nabi, terlebih dia bukan berasal dari kaum Ninawa, sehingga kedatangannya tidak mendapatkan respon positif. Mereka tidak perduli dengan kedatangan Nabi Yunus, bahkan bisa dipastikan Nabi Yunus selalu mendapat cibiran, olok-olok, dan tindak kekerasaan setiap kali berdakwah mengajak beriman kepada ALLAH SWT.

Kaum Ninawa memiliki kebiasaan jahiliyah, bercinta dengan orangtua atau anaknya sendiri, merupakan perbuatan sehari-hari. Kepercayaan mereka kepada berhala sebagai tuhan, menambah kebodohan dan kekafiran kaum Ninawa.

Sudah tidak terhitung kegagalan Nabi Yunus, pada setiap kesempatannya beribadah kepada ALLAH SWT, dia selalu mengeluh dan merasa tidak berdaya menghadapi kaum Ninawa.

Karena tidak pernah berhasil, strategi dakwah Nabi yunus diubah. Selain mengajak kebenaran, dia juga menyampaikan ancaman adzab yang akan terjadi jika kaum Ninawa tidak mengikuti seruannya dan segera beriman.

Namun sekali lagi, kaum Ninawa tidak mengindahkan. Mereka menantang Nabi Yunus untuk menunjukkan azab yang dia peringatkan. Mengetahui jawaban kaumnya, Nabi Yunus akhirnya patah semangat dan marah. Dia kemudian mengadukan kepada ALLAH SWT untuk menurunkan adzabNya.

Setelah berdoa, nabi Yunus pergi meninggalkan kaum Ninawa dengan perasaan marah. Kekesalan dan sakit hati bercampur menjadi satu di dalam hatinya. Berkali-kali dia menyerukan kebenaran, namun tidak ada satu pun umatnya yang mengindahkan.

Sepeninggalan Nabi Yunus, kaum Ninawa melihat gejala aneh alam. Secara bertahap, awan hitam mulai menyelimuti penduduk Ninawa. Hewan peliharaan mereka berteriak dan bertingkah tidak wajar. Dari kejauhan, gemuruh badai disertai tiupan angin kencang menghampiri kota.

Dalam suasana panik dan ketakutan, kaum Ninawa menyadari kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Yunus. Kemudian mereka bertaubat kepada Allah SWT dan meyakini kebenaran dakwah Nabi Yunus, seluruh berhala mereka hancurkan tanpa tersisa.

Suasana kota Ninawa kembali cerah, suara gemuruh yang awalnya menderu dengan tiupan angin kencang, berganti tiupan angin sepoi. Kesadaran kaum Ninawa kepada kebenaran Nabi Yunus, mendorong seluruh penduduk kota mencari sang nabi untuk membawanya menuju kesempurnaan hidup.

"Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu," firman Allah SWT dalam surrah Yunus ayat 98.

Namun Nabi Yunus sudah jauh dari kaum Ninawa, bahkan ketika sampai di batas daratan, dia masih memendam dendam dan marah kepada kaum Ninawa. Seakan lupa akan kewajiban sebagai utusan ALLAH SWT, Nabi Yunus bertekad meninggalkan kaum Ninawa sejauh mungkin dengan menumpangi kapal nelayan setempat.

Sesampainya di tengah lautan, tiba-tiba laut yang awalnya tenang berubah menjadi gelombang besar, membuat kapal yang ditumpangi Nabi Yunus terombang ambing. Kondisi aneh ini diperparah cuaca gelap dan tiupan kencang angin topan. Tidak lama berselang muncul ikan berukuran raksasa dari dalam air. Banyak pendapat bahwa itu adalah ikan Nun, sejenis Paus. Seluruh penumpang panik, termasuk Nabi Yunus.

Berbagai usaha dilakukan untuk keluar dari amukan badai. Satu persatu barang-barang di dalam kapal dibuang ke laut, supaya berat kapal menjadi ringan dan bisa bergerak cepat. Namun semua itu sia-sia, barang di kapal sudah habis namun kapal masih melamban. Hanya para penumpangnya yang masih tersisa.

Setelah dilakukan berbagai kesepakatan, akhirnya Nabi Yunus terpilih untuk dibuang ke lautan sebagai upaya mengurangi berat kapal. Pada saat itulah Nabi Yunus tersadar, dosa besar yang dilakukannya berupa meninggalkan dakwah, dan mengingkari perintah ALLAH SWT.

"Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul.(ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam Keadaan tercela," firman Allah dalam surrah Ash-Syaaffat ayat 139-142.

Di dalam perut ikan itulah Nabi Yunus menyesalkan perbuatannya, tiada henti dia mengeluarkan air mata, berzikir, berdoa, meminta ampunan ALLAH SWT. Dia selalu menyesalkan sikap putus asanya dengan meninggalkan dakwah kepada kaum Ninawa tanpa seizin ALLAH SWT. Hingga setelah sekian lama berada di dalam ikan sambil merenungi kesalahannya, ALLAH SWT mengampuni dosanya dan mengembalikannya ke daratan untuk kembali kepada kaumnya.

"Maka kalau Sekiranya Dia tidak Termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan Dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit," firman ALLAH SWT dalam surrah Ash-Syaaffat ayat 143-145.

Sumber : Merdeka.com